9.11.10

Money : What You Need Vs What You Want

    INI minggu penuh pelajaran berharga bagi saya. Diawali dari terjebak kemacetan total Jakarta samapai larut malam, dikejar deadline - termasuk penulisan kolom ini, hingga keharusan menuntaskan beberapa kewajiban lain. Saat terjebak macet, jari jemari ini cepat sekali mengetik celoteh nggak penting di twitter untuk memuaskan perasaan sebal karena terjebak terjebak lebih dari 4 jam di mobil, jadi tips karena lelah. Kesabaran cuma sekadar kata.


    We are not the central of the universe-stop thinking and acting as if we are...Apa yang saya alami tentu tidak sebanding dengan derita yang dialami para korban banjir Wasior atau tsunami di Mentawai atau letusan Gunung Merapi. Namun, berhubung macet dan ribet dialami sendiri, maka terasa lebih nyata. Atas nama kebutuhan sering kali saya melupakan alasan bekerja. Atas nama mengejar setoran, tidak jarang saya membiarkan diri menjadi sedemikian sibuk. Bagaimana dengan anda?


    
Money really matters when you don't have any. Apa jadinya bila kita kehilangan seluruh harta benda? Bagaimana kalau kehilangan segalanya? Uang dan seluruh atribut karier terasa lebih penting saat tidak ada di sekitar kita. Bagi yang mendambakan punya Rp 1 miliar di bank dipastikan tidak punya uang sebanyak itu. Siapa pun yang berpikir uang akan membawa kebahagiaan hampir dipastikan tidak pernah tercukupi dan tidak akan pernah bahagia.


    
Seriously, we need lot less than we think. Apakah memang butuh punya mobil keluaran terbaru setiap tahun? Apakah memang perlu memperbaharui gadget setiap kali model terbaru muncul? Apakah memang harus punya lebih dari 1 rumah tinggal? Jawabannya terserah pada definisi keperluan, kebutuhan dan keharusan pada masing-masing orang.Selain itu, kalaupun bermakna saat kita tiada.


    
How much of everything can we personally consume? Kehidupan bisa diibaratkan sebagai cash-flow. Membangun kekayaan memang menyenangkan, terlebih saat berlebih. Namun, neraca kehidupan hanya bermakna saat kita tiada.


    
How much do you have to pay to fall in love? Teman baru saya Santo Aboe (@St_Aboe) pengusung tulisan #fatwacinta pernah berujar cinta bukan komoditas dan jangan pernah dikomoditaskan. Pada kesempatan berbeda, kenalan baru twitter punya Putri Sentanu (@PutriSentanu) juga berbagi kisah hidup yang sanat menyentuh. Pada ujung ceritanya, Putri menyampaikan, "what comes from the heart touches the heart". Mendangar keduanya, saya pun terdiam dan berdoa agar tersadar.


    Saya tutup kolom #Ultimate-U hari ini dengan menyetir Erich Fromm, seorang filsuf kontemporer yang manganjurkan pendakatan berikut dalam menjalani karier dan kehidupan, "Be who you are-DO what you love and HAVE what you need. Itu doa saya untuk kita semua. Amien

Rene Suhardono - CareerCoach
Penulis buku: " Your Job is NOT Your Career"
Follow my twitter: @reneCC

 

No comments:

Post a Comment


Please leave your comment here..
No profanity please ..

Don't Forget to Visit Here..

`Encyclopaedia Metallum: The Metal Archives

`Google[dot]Com

`Lemari Buku Vina

`Internet Movie DataBase

`Wikipedia